This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 06 Mei 2014

*ASAS STRATIGRAFI:








1.Uniformitarianism
2.The Law of Original Horizontality
3.The Law of Superposition
4.The Law of Cross Cutting Relationship
5.The Law of Inclution
6.The Law of Faunal Sucession
7.Strata Identified by Fossils
hukum-hukum alam yang mengendalikan
peristiwa pada masa kini.
Contoh :
-endapan tuff adalah hasil aktivitas volkanik.
-soil ada
*UNIFORMITARIANS: Peristiwa yang terjadi pada masa geologi lampau dikontrol oleh lah hasil pelapukan yang tidak langsung terkena erosi.
-Koral dan alga hidup di laut.

*Law of Original Horizontality : sedimen yang baru terbentuk cenderung mengikuti bentuk dasarnya dan cenderung untuk menghorizontal, kecuali cross bedding.

*Hukum steno tidak sepenuhnya salah jika dibandingkan dengan Hukum walter :
1.endapan pelagik di laut dalam (atau di danau) — bercampur dengan butiran halus asal darat yang diterbangkan angin dan diendapkan jauh di laut.
2.Abu volkanik dari gunung api — saat letusan diterbangkan kemudian jatuh di laut.

*Akomodasi :ruangan di bumi yang tersedia untuk tempat berkumpulnya (diendapkannya) sedimen
Faktor : subsidence, eustacy, deposition.
D : tidak pernah konstan, tidak pernah negatif, paling kecil nol.
S : naik aktif (karena gaya tektonik), naik pasif (karena sedimennnya sendiri sehingga membuat batimetri naik).
E : sepanjang sejarah tidak pernah konstan.

*Law of Superposition : dalam keadaan yang tidak terganggu, lapisan paling tua akan berada dibawah lapisan yang lebih muda.

*Principle of Lateral Accumulation : sebagian besar sedimen terbentuk dari akresi lateral.
Permukaan pengendapan biasanya miring. Akumulasi terjadi oleh proses akresi dan progradasi dan terjadi pada arah transport sedimen. Akumulasi bisa terjadi terus menerus, terjadi keadaan oversteepened yang membuat massa yang telah terakumulasi menjadi longsor sepanjang lereng.

*Principle of Cross Cutting Relationship: suatu batuan atau sesar yang memotong suatu batuan selalu lebih muda dari batuan yang terpotong. Batuan intrusi selalu lebih muda dari batuan yang diintrusi, kecuali diapir. Lipatan selalu lebih muda dari batuan yang terlipat. Efek panggang di lapangan yang tidak kelihatan: bataupasir kuarsa diterobos granit. Efek panggang yang sangat kelihatan: batugamping diterobos granit.

*Disconformity : sedimen dengan sedimen yang perlapisannya tetap sama tetapi dibatasi oleh bidang erosi.

*Law of Inclusion : suatu tubuh batuan yang mengandung fragmen dari batuan yang lain selalu lebih muda dari tubuh batuan yang menghasilkan fragmen tersebut.

*Strata identified by fossil : perlapisan batuan tertentu dicirikan oleh kandungan fosil tertentu.

*Principle of Faunal Succession : fosil-fosil yang dijumpai pada perlapisan batuan secara perlahan mengalami perubahan kenampakan fisiknya (akibat evolusi) dalam cara yang teratur mengikuti waktu geologi. Demikian pula suatu kelompok organisme secara perlahan digantikan oleh kelompok organisme yang lain. Suatu perlapisan tertentu dicirikan oleh kandungan fosil yang tertentu. Suatu perlapisan batuan yang mengandung fosil tertentu dapat digunakan untuk koreksi antara suatu lokasi dengan lokasi yang lain.

Senin, 07 April 2014

Pengolahan Limbah Industri Tepung Aren untuk Produksi Bioethanol




Tanaman aren (Arenga pinnata) merupakan sumber daya alam yang memiliki banyak manfaat. Salah satu produk yang dihasilkan adalah pati atau tepung aren. Tepung aren sendiri dapat diolah menjadi bahan makanan seperti soun, cendol, bakmi, dan lain-lain. Pembuatan tepung aren dilakukan melalui beberapa tahap. Mulai dari pemecahan potongan batang, penyaringan, pengeringan, dan tahap yang terakhir adalah penggilingan dan pengayakan sehingga didapatkan tepung aren.
            Pohon aren telah dimanfaatkan secara tradisional oleh masyarakat diberbagai tempat diantaranya digunakan sebagai bahan baku pembuatan gula, serat kertas, bahan makanan berupa sayuran hingga bahan campuran pembuatan madu. Untuk pembuatan gula aren, sari aren dimasak di wajan besar dalam beberapa waktu yang cukup lama. Kemudian minyak ditambahkan pada sari aren yang sedang dimasak untuk menghindari kekosongan. Campuran sari aren terus diaduk hingga campuran berwarna merah gelap dan mengeras. Setelah itu campuran dituangkan dalam cetakan dan dibiarkan mendingin untuk proses pengkristalan. Di berbagai tempat, pohon aren juga dimanfaatkan untuk menghasilkan pati atau tepung aren. Industri tepung aren merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang mengolah batang aren menjadi barang setengah jadi yaitu tepung aren, yang pada nantinya memiliki nilai jual yang lebih tinggi sesuai peruntukannya.
 Industri tepung aren telah terdapat di berbagai wilayah di Indonesia, misalnya di Dukuh Bendo, Desa Daleman, Kecamatan Tulung Agung, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Industri tepung aren di wilayah ini masih dikelola oleh swadaya masyarakat setempat, sehingga terlihat pengolahan limbah industri dari produksi pati atau tepung aren ini masih belum dikelola dengan baik. Produksi pati atau tepung aren ini menghaslkan limbah padat dan limbah cair yang merupakan hasil sampingan pada tahap pematuran atau pelepasan pati dari serat dan pengendapan tepung aren. Lindi dari limbah padat ini mulai terasa mencemari badan air dan sistem irigasi di daerah tersebut.
Air tanah dapat tercemar oleh limbah yang dihasilkan dan dapat menyebabkan penyakit untuk masyarakat yang tinggal di eilayah sekitar tempat industri.  Dampak yang dirasakan penduduk berupa timbulnya gangguan kulit setelah menggunakan sumber air yang sudah tercemar oleh lindi ampas aren. Selain itu dampak yang terjadi adalah matinya ikan-ikan pada kolam ikan milik penduduk. Kadar air tanah juga dapat berkurang karena dipakai dalam proses industri itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari terjadinya subsidence yang terjadi di sepanjang ruas jalan atau bangunan disekitar wilayah tersebut. Dampak yang paling parah dirasakan secara langsung adalah bau menyengat, khususnya setelah ampas terbasahi oleh air hujan. Bau tersebut cukup menghambat aktifitas sosial dan  masyarakat di lingkungan sekitar.
            Limbah industri tepung aren harus ditanggulangi untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan. Dampak secara tidak langsung adalah penurunan interaksi sosial dalam masyarakat. Oleh karena itu pada proyek ini akan dilakukan pemanfaatan limbah padat industri tepung aren sebagai sumber karbon untuk produksi bioethanol. Proyek ini memiliki kegunaan berupa alternatif pemanfaatan limbah industri pati atau tepung aren untuk mengurangi dampak pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah industri pati atau tepung aren tersebut. Manfaat lain adalah masyarakat dapat berinteraksi sosial kembali secara sehat, dan menanamkan dalam diri mereka untuk sadar akan menjaga kesehaan lingkungan sehingga tidak ada masyarakat yang memilih untuk apatis dan tidak peduli terhadap lingkungan sekitar. Selain itu, produk yang dihasilkan yaitu bioethanol diharapkan mampu menjadi sumber energi ramah lingkungan yang bermanfaat.
            Pada industri tepung aren, berdasarkan pemeriksaan terhadap kandungan limbah padat yang dihasilkan bahwa pada proses produksi utama pati aren hanya mengurangi C-organik saja, itupun besarnya hanya 10%. Pengolahan limbah padat aren ini masih mungkin untuk dilakukan karena masih terkandungnya zat-zat yang dapat dimanfaatkan menjadi beberapa produk. Bioethanol sebagai sumber energi ramah lingkungan tentunya memiliki banyak keuntungan baik secara ekologis maupun finansial. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (2008) mengatakan bahwa pengembangan bioethanol oleh pemerintah sebagai alternaif premium dapat menghemat impot premium hingga 2,25 juta kiloliter senilai US 1,35 miliyar dan impor methyl tertiary buthyl ether (MTBE) senilai US 23,14 juta. Selain itu dapat menyerap 3,6 juta tenaga kerja terampil setingkat SMK hingga sarjana.
            Tanaman aren berpotensi untuk menghasilkan bioethanol sebagai produk yang berdaya jual tinggi. Pohon aren yang sudah tidak dalam masa produktif dapat dipilah dan diproses beberapa bagiannya menjadi bioethanol karena kandungan pati pada pohon aren yang cukup tinggi. Sehingga produktivitas pohon aren yang telah menurun dapat naik kembali dengan alternatif pemanfaatan sebagai bahan dasar pembuatan bioethanol.
            Kota yang sehat adalah warganya dapat berinteraksi diruang publik. Pemanfaatan limbah aren sebagai bioethanol diharapkan mampu mengatasi masalah pencemaran bau di lingkungan tersebut sehingga masyarakat dapat kembali berinteraksi diruang publik tanpa terganggu masalah pencemaran lingkungan.

Sabtu, 29 Maret 2014

PENGGUNAAN MIKROALGA Chlorella zofingiensis D. UNTUK MENGURANGI KADAR NITROGEN DARI LIMBAH CAIR PETERNAKAN SAPI KP4 UGM DENGAN PERLAKUAN SINAR BIRU DALAM UPAYA MEMPRODUKSI BIOETANOL



Oleh:
Amir Sidiq
NIM. 11/316203/BI/08757

INTISARI

Peternakan sapi menghasilkan limbah padat dan cair sebanyak 27,5 – 30 kg/ekor sapi/hari berupa feses, urin, dan sisa pakan, yang mengandung nitrogen dan pospor dalam konsentrasi tinggi. Pelepasan limbah ke lingkungan perairan dapat menyebabkan terjadinya eutrofikasi. Nitrogen merupakan nutrien penting untuk produksi biomassa mikroalga. Cahaya biru (400-500 nm) memiliki tingkatan energi tertinggi dalam PAR (Photosynthetically Active Radiation) sehingga berpotensi untuk meningkatkan produksi biomassa pada Chlorella zofingiensis D. Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi kadar nitrogen dari limbah cair dengan menggunakan mikroalga Chlorella zofingiensis D. dan perlakuan sinar biru. Mikroalga Chlorella zofingiensis D. dikultur pada medium BBM. Hasil kultur kemudian ditransfer kedalam botol 500 ml yang berisi cairan hasil filtrasi limbah cair kotoran sapi menggunakan perlakuan cahaya biru dengan intensitas 9000 lux (intensitas tinggi), 6000 lux (intensitas sedang), 3000 lux (intensitas rendah) dan cahaya putih lampu TL 60 watt sebagai kontrol. Chlorella zofingiensis D. dikulturkan dengan paparan gelap : terang (12 jam : 12 jam) selama tujuh hari. Jumlah sel dihitung tiap 24 jam dengan Haemocytometer dan kandungan nitrogen diukur dengan menggunakan Kjeldahl Method. Paparan sinar biru dapat meningkatkan jumlah sel Chlorella zofingiensis D. hingga 223% pada intensitas cahaya tinggi dan 134% pada intensitas cahaya rendah. Selain itu penggunaan mikroalga Chlorella zofingiensis D. dapat mengurangi kandungan nitrogen dalam limbah cair dari peternakan sapi.
Kata Kunci: limbah cair kotoran sapi, nitrogen, Chlorella zofingiensis D., sinar biru